Rabu, 22 Juni 2011

Hujan Kemarin

Terinspirasi.. sama lagunya TaxiBand hehe .. *perasaan cerpen-cerpen aku terinspirasi dari lagu aja deh kayak Lagu Rindu haha yang terinspirasi dari lagunya Kerispatih*

Kemarin ku dengar kau ucap kata cinta
Seolah dunia bagai di musim semi

5 Desember 2009

-ALVIN POV-

“jawab gue dong vin !!!” 

“bi…bisa diulang lagi shill? A..apa maksud loe barusan?” ucapku gugup bercampur kaget. Terluar biasa kaget.

Apa yang baru saja dikatakannya ? Sesuatu yang membuat ku melambung tinggi hingga ku tau akhirnya aku harus terhempas kebumi juga. Merasakan hal yang sudah tak ingin kurasakan lagi.

“iya vin, gue pengen kita balikan lagi. Gue sadar kalau gue bener-bener cinta sama loe. Sekarang jawab gue!!!” Akunya di hadapanku sekarang. Payungku terbang terhempas angin karena aku memang tidak memegangnya dengan kuat, tubuhku lemas mendengar perkataannya, aku membiarkan tubuhku diguyur hujan yang cukup deras.

“hey.. loe kenapa? Kenapa payungnya loe lepas, sekarang hujan. Nanti loe sakit” ucap gadis dihadapanku ini sambil memayungiku dengan payung biru langitnya.

Kau datang padaku membawa luka lama
Ku tak ingin salah semua seperti dulu

“sakit yang bakalan gue derita karena hujan gak akan separah sakit yang gue derita karena loe!” ucapku lantang sambil menatap wajahnya. Wajah kekasihku, ya kekasihku 3 tahun yang lalu. 

Sekarang dia hanyalah orang yang benar-benar tak ku kenal. Sikapnya tak kusuka. Dan dia memang benar-benar bukan shillaku yang dulu. 

“tapi vin, please maafin gue selama ini. Gue tau gue salah dan sekarang gue pengen ngerubah kesalahan gue itu. Please terima gue lagi!” pintanya sambil mengguncangkan tubuhku kecil. Apa maksudnya ? apakah dia tidak mengerti ? apakah dia tidak merasakan sakit yang selama ini aku rasakan ? semudah itukah ia bicara ingin kembali kepadaku ? dasar !!

“gue nggak bisa shill sorry..” ucapku padanya, shilla,  yang aku lihat sekarang mata beningnya yang dulu selalu aku tatap karena meneduhkan jiwa mengeluarkan bulir-bulir air mata. Ia mengangis.
“tapi kenapa vin ?” katanya keukeuh.

“karena gue nggak mau salah ambil keputusan kayak dulu. Gue nyesel pernah kenal sama loe.”

“nggak vin, gue yakin loe masih cinta sama gue kan? Atau ada perempuan lain yang bikin loe lupa sama gue?”

Menyedihkan sekali mendengar dia berbicara seperti itu padaku. Asal dia tau selama ini hanya dirinya, wajahnya dan namanya yang selalu menghantuiku setiap hari, seandainya ia tau bagaimana perasaanku terhadapnya yang tulus dan besar, akankah ia tetap mengkhianatiku ? Namun seberapa besar perasaanku terhadapnya, sekarang semuanya telah berubah, aku akan mengubur dalam dalam perasaanku itu. Tak akan pernah aku gali lagi. Tak akan pernah lagi.

Tak ingin lagi rasanya ku bercinta setelah kurasa perih
Kegagalan ini membuat ku tak berdaya
Tak dapat lagi rasanya ku tersenyum setelah kau tinggal pergi
Biar ku sendiri tanpa hadirmu kini lagi

 “asal loe tau bukan itu alesan gue. Gue udah nggak mau ketemu loe lagi. Gue pergi” kataku sambil melangkah pergi dan membelakanginya untuk membawa payungku yang tertidur dengan nyaman dia atas tanah yang basah terkena guyuran hujan.

“tunggu vin, tolong jawab pertanyaan gue yang barusan vin, tolong loe jawab dulu!” jeritnya padaku. Ah.. dasar wanita, cerewet sekali. Kenapa aku bisa jatuh cinta padanya? Oh tuhaaan…

“denger shill, gue udah nggak mau ngerasain cinta lagi. Perasaan gue udah mati buat yang namanya cinta. Udah cukup gue sakit dan gue udah nggak mau lagi ngalamin hal kayak gini untuk kedua kalinya.”

“masa sampe segitunya vin? Apa loe mau dihidup loe gak ada cinta sama sekali, bukannya itu kerasa hambar?”

“ya mungkin hambar. Tapi mau gimana lagi, gue udah gagal. Dan kegagalan itu ngejadiin gue orang yang kayak gini. Mau nggak mau loe harus terima.”

“vin tapi kali ini gue serius mau balikan sama loe”

“please shill, jangan ganggu gue lagi, gue udah nggak bisa nerima loe lagi dan cinta sama loe lagi sejak loe ninggalin gue dan sejak loe buat luka di hati gue.”

“vin…hiks..hiks…” tangisnya tambah menjadi, mukanya merah, mungkin ia marah padaku, tapi toh, dulu pun aku begitu aku marah padanya saat aku tau dia selingkuh.

“biarin gue sendiri shill, jangan ganggu hidup gue lagi, jangan datang kehadapan gue lagi, biarin gue ngejalanin hidup tanpa loe, selama 3 tahun ini gue udah berhasil dan jangan bikin gue nggak bisa ngelakuin hal ini lagi.” Akhirnya kau meninggalkan gadis itu sendirian yang masih menangis.

Kau datang padaku membawa luka lama
Ku tak ingin salah semua seperti dulu


FLASHBACK ON

“vin loe tau nggak shilla kemana?” Tanya ify, teman sekelas shilla. Aku bingung, apa maksudnya? Bukankah shilla berkata padaku dia akan pergi menemui ify ketika pulang sekolah?  Shilla kemana?

“lho? Bukannya shilla mau pulang bareng loe? Tadi waktu gue ke kelasnya buat nganterin dia balik, dia bilang nggak usah, karena dia mau pulang bareng loe.”

“trus dia kemana dong vin ?” tanya ify padaku. Aduuh jangan tanyakan itu, karna aku pun tak tau.

“mungkin dia di kantin. Coba kita cari deh yuk!” ajak ku pada gadis dihadapanku sekarang. Dia menganggukan kepalanya.

Kami berdua mengitari kantin yang memang sudah mau sepi, ini kan sudah jam pulang sekolah. Tapi aku tak melihat sosok yang dari tadi aku dan ify cari, shilla. 

“nggak ada vin, shilla kemana ya? Apa dia udah balik duluan?” Tanya ify sekali lagi padaku.

“mungkin kali ya fy, coba deh gue telphon dulu.”

Aku mencoba menghubunginya, namun sayangnya hpnya tidak aktif. Ya ampun dia kemana?

“ssshh nggak aktif fy” desahku.

“iya kayaknya dia udah pulang” jawab ify . Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku. Aku menoleh.

“vin nyari shilla ?” tanyanya. Ah, patton.

“iya. Loe tau dia dimana?

“mungkin ruangan olahraga bisa jawab pertanyaan loe. Siap siap ya vin!” ucapnya padaku. Siap siap? Apa maksudnya? Ify sendiri hanya mengernyitkan keningnya. Kenapa dia tau shilla disana?  Aku tau patton anak basket, pasti dia habis dari ruang olahraga. Tapi kan shilla bukan, ada kepentingan apa dia disana?

“mau kesana fy ?” Tanyaku

“nyok!!” jawabnya tersenyum.

Aku dan ify berjalan beriringan menuju ruang olahraga. Untuk apa shilla disana? Dan seakan menjawab pertanyaanku sebuah pemandangan yang sampai saat ini belum bisa aku lupakan terjadi disana.

“Shillaaaa !!!!” pekik ify. Aku hanya diam tak bisa berkata apapun setelah melihat kejadian di depan mataku. Tubuhku lemas seketika.

Orang yang berada di dalam ruangan olahraga itu menoleh. Gadis cantik yang memang sudah ku ketahui dia adalah kekasihku sedang berduaan dengan seorang pemuda yang kuketahui adalah kapten tim basket sekolah kami. Berani beraninya dia mencium kening shilla ?

“Ify !! Al…vi..n” pekiknya menyebut nama ify dan menggumamkan namaku.

“Shill loe apa apaan?” Tanya ify lantang. Aku masih diam.

“gu.. guee” ucapnya terbata-bata. Ah, dasar gadis pengkhianat. Dari situ aku langsung menghampiri mereka berdua, memberikan bogem terkuatku pada lelaki tak tau malu ini dan menampar kekasihku sendiri yang detik ini menurutku sudah bukan kekasiku lagi. Sakit…. Hatiku sakit ketika melakukannya. Menampar wanita yang sangat kucintai…

FLASHBACK OFF

Tak ingin lagi rasanya ku bercinta setelah kurasa perih
Kegagalan ini membuat ku tak berdaya
Tak dapat lagi rasanya ku tersenyum setelah kau tinggal pergi
Biar ku sendiri tanpa hadirmu kini lagi

6 Desember 2009

“maaf atas kelakuan gue dulu shill, yang udah nampar loe. Asal loe tau hati gue sakit ngelakuin itu tapi….luka hati gue lebih sakit lagi shill ketika tau loe khianatin gue” ucapku sambil menatap langit yang mendung seakan tau perasaanku yang tak karuan setelah bertemu dengannya lagi kemarin.

“kenapa dulu loe jahat shill?”

“dan kenapa loe harus datang lagi? ngerobohin semua pertahan gue selama 3 tahun ini.” Aku memandang photo gadis ituyang berda di hpku, photo yang selama 3 tahun ini tak pernah kulihat, ya gadis itu memang belum sepenuhnya aku lupakan, sulit sekali melupakannya. 

“kenpa harus gue shill? Kenapa gue harus dan pernah jatuh cinta sama loe?”

Aku bodoh. Menyalahkan takdir yang pernah mempertemukanku dengan shilla. Sekali lagi aku memandang langit. Sudah gelap sekali seharusnya aku cepat cepat pulang. Lagi pula taman yang kudatangi hari ini sudah muli sepi. Taman yang masih indah seperti 3 tahun lalu ketika aku masih bersama shilla, lagi lagi memori itu terlintas dan menempel tak mau pergi dari otakku.

Tanpa kusadari air mulai jatuh. Awan sudah tak kuat menahannya. Semakin lama semakin deras. Aku masih tak bergeming. Aku masih duduk di bangku panjang taman itu. Menengadahkan wajahku ke langit, berharap rintik rintik air itu yang semakin deras dapat menghilangkan seorang shilla dari pikiran dan hidupku. Ah semoga saja !!

Aku pun tersadar. “Ah, hujan! Kemarin juga hujan. Gue lupa bawa payung” gumamku sambil berjalan meninggalkan taman itu walau  aku tau tubuhku sudah basah kuyup, tapi aku sama sekali tak berniat untuk berteduh mengunggu langit selesai menagis.

Hujan kemarin

-ALVIN POV-

Pengkhianatan menjadikan aku orang yang tak pernah mau lagi untuk tersenyum menyambut dunia. Hujan kemarin seolah menjadi saksinya, betapa aku memang lemah karenanya.

-SHILLA POV-

Aku menyesal membuatnya terluka. Sangat sangat menyesal. Pernah menancapkan pisau dihatinya. Hujan kemarin menjadi saksinya, betapa aku memang jahat terhadapnya.

THE END ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar